Pengertian Hidup Kekal

Yesus berkata: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua akan ditambahkan kepadamu”. Dalam pengertian sempit, ayat ini berarti: Kerajaan Allah harus diprioritaskan. Jangan sampai ada perkara-perkara dunia atau unsur lain yang diprioritaskan sehingga terlanjur mengisi ruangan hati dan membentuk selera jiwa yang sebagai akibatnya, seseorang tidak dapat lagi merasakan sakitnya kekosongan jiwa tanpa memiliki persekutuan yang benar dengan Allah. Ini keadaan sesat yang di dalam kehidupan seseorang. Pada umumnya, kekosongan jiwa manusia disebabkan oleh belum atau tidak memiliki rumah pribadi, belum atau tidak memiliki teman hidup, belum atau tidak memiliki keturunan, tidak terhormat, terhina di mata manusia, dan lain sebagainya. Inilah kesesatan pikiran seseorang. Orang-orang yang berkeadaan seperti ini merasa hidupnya tidak berkualitas tinggi, karena ukuran kualitas hidup diukur dari fasilitas dunia.

Ada seorang datang kepada Tuhan Yesus dan berkata, “Apa yang harus kulakukan supaya aku beroleh hidup yang kekal?” (Mat. 19:16). Kata “hidup kekal” di situ sebenarnya bukan hanya menunjuk kehidupan terus-menerus nanti di surga. Bicara mengenai kekekalan itu bukan hanya di surga ada kekekalan. terpisah dari Allah itu juga kekal, karena sudah tidak ada kesempatan lagi direkonsiliasi atau dipulihkan dengan Allah. Hidup kekal juga menunjuk kehidupan hari ini, yaitu kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang bermutu. Sedangkan yang dimaksud dengan “binasa” artinya tidak bernilai sama sekali. Kebalikan dari “binasa” adalah “kekal,” tapi “kekal” sebenarnya bukan hanya menunjuk waktu. Sebab bicara kekekalan, orang yang terpisah dari Allah pun kekal terpisah dari Allah. “Binasa” artinya tidak memiliki nilai sama sekali. Kalau “kekal,” artinya bernilai tinggi, berkualitas tinggi.

Pada umumnya, orang Kristen berpikir bahwa hidup kekal adalah hidup terus-menerus nanti di surga, karena terpaku pada kata “kekal.” Pengertian ini bisa membuat pikiran kekristenan seseorang menyimpang, sebab kalau seseorang memahami hidup kekal baru nanti di surga, maka tidak ada usaha untuk mengerjakan keselamatan sejak hidup di bumi. Jika hidup kekal baru didapat nanti—yaitu di balik kubur—maka orang-orang Kristen tidak sungguh-sungguh merasa membutuhkan Tuhan sejak sekarang ini. Mereka membutuhkan Tuhan nanti kalau sudah mati, di surga, karena mereka tidak ingin masuk neraka. Kalau hidup seseorang tidak berkualitas sejak di bumi, maka ia tidak akan berkualitas selamanya; sebaliknya, kalau sejak di bumi sudah berkualitas, maka di surga dan selamanya juga berkualitas. Dalam hal ini, apakah seseorang akan masuk surga atau neraka, gejala-gejala atau ciri-cirinya sudah tampak jelas sejak ia hidup di bumi.

Kalau orang kaya ini berkata, “Apa yang harus kuperbuat supaya aku memperoleh hidup yang kekal?” maksudnya sama dengan apa yang harus diperbuatnya supaya hidupnya bermutu atau supaya hidupnya berkualitas. Kapan? Tentu saja sekarang sejak hidup di bumi, bukan hanya nanti di surga atau di balik kubur. Itulah sebabnya, Yesus menjawab agar orang itu melakukan hukum sejak sekarang di bumi, yaitu agar orang itu menghormati orangtua, tidak membunuh, tidak berzina, tidak mencuri, tidak mengucapkan saksi dusta, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan bangsa Israel, standar hidup bersekutu dengan Elohim Yahweh adalah melakukan hukum dan menjalankan ibadah sesuai dengan apa yang diajarkan Musa. Itulah kehidupan yang dipandang sebagai berkualitas. Dari pengakuannya, orang ini sudah memiliki hidup yang berkualitas menurut ukuran orang beragama atau menurut ukuran orang-orang Yahudi. Orang ini juga disinyalir seorang pemimpin rumah ibadah.

Selanjutnya, orang ini menyatakan bahwa ia sudah melakukan hukum sejak masa mudanya. Kemudian ia juga berkata, “Apa lagi yang masih kurang?” Secara hukum, secara agamani, ditinjau dari perspektif Yahudi, orang ini sudah berkualitas tetapi ternyata dia merasa ada sesuatu yang masih kurang. Itulah sebabnya dia berkata, “Apa lagi yang masih kurang?” Tuhan menjawab: “Jikalau engkau hendak sempurna, …” Ini sebuah kualitas yang lebih tinggi dari kualitas orang beragama; lebih dari kualitas agama Yahudi (agama samawi pada umumnya). Tuhan berkata, “Jual segala milikmu. Berikanlah kepada orang miskin.” Kapan ia harus melakukan hal tersebut? Tentu saja sekarang ini, di bumi ini. Jika orang ini melakukan dengan benar, maka ia akan memperoleh harta di surga.

Selanjutnya Yesus berkata: “… kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Kapan? Tentu saja sekarang ini. Hidup kekal atau hidup yang berkualitas yang ditawarkan Tuhan Yesus, inilah hidup yang bernilai sekarang ini sejak di bumi. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.” Ini berarti agar kita mendahulukan Kerajaan Surga. Dunia mengajarkan agar manusia mendahulukan banyak perkara dunia dengan maksud agar dapat memiliki hidup yang berkualitas. Yesus menghendaki agar orang percaya tidak menunda dalam mengusahakan untuk memiliki hidup yang berkualitas, sebab penundaan itu yang menyebabkan kebinasaan.