Melawan Kodrat Dosa

Dalam perjuangan mengikuti jejak Tuhan, kita sering kali terbentur dengan kecenderungan dosa yang ada di dalam diri kita. Kecenderungan dosa dalam diri kita disebut dengan sinful nature atau kodrat dosa. Kodrat dosa ini merupakan konsekuensi dari kehendak bebas yang ada dalam diri manusia. Sebenarnya, kehendak bebas membuat manusia memiliki keunggulan, yakni ia memiliki kehendak yang tidak dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal di luar dirinya tapi digerakkan oleh dirinya sendiri. Kehendak bebas tercipta dari dua komponen utama dari dalam diri manusia yang saling bersinergi, yakni pikiran dan perasaan. Dari kedua komponen ini, manusia bisa memiliki kehendak. Sifat dari kehendak ini adalah bebas, artinya tidak dapat diatur atau dikontrol oleh siapa pun. Walaupun tentu sebagai makhluk ciptaan, manusia itu terbatas. Tetapi di dalam keterbatasannya, manusia tetap bisa menentukan destiny atau nasibnya sendiri. Dalam istilah Latin, kehendak bebas disebut dengan Liberum Arbitrium. Inilah yang memberi nilai pada diri manusia. 

Binatang tidak bisa menentukan destiny atau nasib atau takdirnya. Berbeda dengan manusia, sebab manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa berinteraksi dengan Allah dalam hubungan yang interpersonal. Interaksi artinya hubungan timbal balik, sedangkan interpersonal artinya dari pribadi ke pribadi. Manusia dapat membangun hubungan yang dua arah dengan Allah. Manusia yang tidak mengerti kebenaran ini dan tidak membangun hubungan interpersonal dengan Allah adalah manusia yang tidak berkualitas. Memang biasanya manusia yang tidak mengerti kebenaran memberi nilai dirinya pada merk arloji yang dikenakan, rumah yang dimiliki, kendaraan yang dikendarai, jabatan/kedudukan, yang ia merasa dengan semua itu ia memiliki nilai. Manusia itu makhluk yang memiliki nilai yang luar biasa, artinya lebih dari semua ciptaan. Sebab Allah memberi diri untuk berinteraksi dengan manusia di dalam hubungan interpersonal. Jadi, masalah materi tidak ada artinya sama sekali. 

Dalam durasi waktu 70-80 tahun itu diharapkan manusia menemukan tempatnya di hadapan Allah, dan menempatkan Allah secara benar. Ini merupakan proses keselamatan yang suatu hari nanti ketika Tuhan membangkitkan tubuh manusia, kita bisa menempati langit baru bumi baru. Untuk itu, manusia harus menemukan kembali tanggung jawabnya menentukan nasib kekal dengan kehendak bebas yang dimiliki. Dengan kematian Yesus di kayu salib, semua akibat dosa dipikul oleh Tuhan Yesus. Semua manusia, dari manusia pertama, Adam, sampai manusia terakhir; atas perbuatan salah kita sejak kita lahir sampai nanti, jika mungkin kita masih berbuat salah. Tetapi yang menjadi tanggung jawab kita adalah bagaimana kita memiliki batin yang benar. Memiliki pikiran, perasaan seperti yang Allah kehendaki, supaya kehendak kita selalu sesuai dengan pikiran, perasaan Allah.

Jadi kalau kita menyadari kesempatan ini, kita akan rela meninggalkan apa pun demi tercapainya maksud keselamatan yang Tuhan berikan, yaitu memiliki pikiran, perasaan sesuai dengan kehendak Bapa, Sang Khalik, Pencipta kita. Itulah sebabnya, Firman Tuhan mengatakan, “hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Jika dikaitkan dengan pembahasan awal kita mengenai sulitnya mengikuti jejak Tuhan akibat kodrat dosa yang ada dalam diri kita, kita harus menyadari beberapa hal agar kita selalu mawas diri, yaitu: 

Pertama, kodrat dosa dalam diri kita itu kuat. Jangan meremehkan kebiasaan bersalah atau mendiamkan kesalahan tanpa komitmen untuk segera bertobat. Kalau tidak segera dibereskan maka kodrat dosa akan menjadi semakin kuat dan tidak bisa dilepaskan. 

Kedua, kodrat dosa di dalam diri kita itu menyatu. Jadi terkadang kita merasa sesuatu sudah baik, padahal tidak. Sehingga, akhirnya kita tertipu oleh diri sendiri. Banyak orang tidak sadar bahwa dirinya selalu hidup dalam irama kodrat dosa yang membinasakan.

Ketiga, kodrat dosa itu licik atau cerdik. Ia mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang meleset dengan pembenaran tertentu. Waktu kita mau menjahati orang, kita mencari cara untuk menjahatinya dengan 1001 alasan dalam nurani. 

Keempat, kodrat dosa kita itu memanfaatkan momentum. Ada momentum tertentu dimana kita lemah dan bisa bersalah. Kodrat dosa dalam diri kita memanfaatkan momentum itu dengan baik. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan di dalam 1 Petrus 1:14, “Jangan turuti hawa nafsu pada waktu kebodohan.” 

Dengan menyadari semua hal ini, kita dapat berjaga-jaga setiap saat. Sulitnya menghadapi kodrat dosa tidak menunjukkan kemustahilan untuk menghadapinya. Kesungguhan kita mengikut jejak Tuhan untuk melawan kodrat dosa ini akan membawa kita masuk dalam kawasan selanjutnya sesuai pertumbuhan iman kita. Tuhan telah menyiapkan proses terbaik bagi kita untuk menyelesaikan kodrat dosa tersebut. Namun dari pihak kita, harus ada kesungguhan mengikuti jejak Tuhan dan menundukkan kodrat dosa itu pada pikiran dan perasaan Kristus.