Masih dalam kisah perempuan berdosa yang datang kepada Yesus, kita dapat menemukan kebenaran bahwa seseorang yang menerima pengampunan harus memiliki moral dan keberadaan karakter seperti Tuhan. Pengampunan yang diterima oleh orang percaya memang diterima secara cuma-cuma dan bukan karena perbuatan baik. Akan tetapi, orang yang diampuni pasti akan mengasihi sesamanya karena ia sadar bahwa ia adalah orang yang beroleh pengampunan. Ia mengampuni bukan karena takut tidak diampuni oleh Tuhan, sebab ini standar yang sangat rendah. Ia mengampuni orang lain karena ia telah menerima pengampunan dan keberadaan serta karakternya diubah oleh Tuhan sehingga dapat menerima orang lain. Dengan kalimat lain, ia tidak bisa tidak mengampuni orang lain karena karakternya adalah karakter anak Allah.
Untuk sampai pada tahap mengampuni orang lain karena karakter yang diubahkan, seseorang harus bertumbuh dalam kebenaran. Roma 10:17 menyatakan bahwa iman seseorang timbul dari pendengaran akan Firman Kristus. Iman merupakan penurutan akan kehendak Allah. Dalam konteks ini, kehendak Allah adalah mengubah manusia yang memiliki keberadaan meleset menjadi sempurna. Oleh karenanya dibutuhkan sarana, yakni Firman atau kebenaran. Kebenaran yang selalu didengar dan mewarnai nurani akan mengubah moralitas dan karakter seseorang. Jika terus diasup dan dipraktikkan secara konsisten, maka kebenaran tersebut akan berbuah. Buah dari kebenaran yang didengar dan dipraktikkan adalah kehidupan seperti Kristus. Kehidupan seperti Kristus inilah yang membuat seseorang dapat berada dalam kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Allah. Ia memiliki standar moral di atas manusia lainnya dengan nurani yang telah diubahkan oleh kebenaran.
Perjumpaan dengan kebenaran ini harus disambung senantiasa dalam perjumpaan dengan Tuhan. Setiap kita harus menyediakan waktu untuk bermeditasi secara pribadi dengan-Nya. Sebab, dalam perjumpaan dengan Allah secara pribadi, kita dapat merasakan getar perasaan-Nya. Kita dapat memeroleh impartasi dari hadirat dan hati Allah sendiri. Jika orang yang bergumul dengan kuasa gelap bisa memeroleh ‘impartasi’ dari perjumpaannya dengan sosok kuasa gelap tersebut, maka bukan tidak mungkin kita bisa memeroleh perasaan Allah ketika menyediakan waktu berjumpa dengan-Nya. Hal ini sangat dibutuhkan, di samping kita berlama-lama membaca dan menerima pengetahuan tentang Allah. Tidak ada orang yang lebih beruntung ketimbang orang yang berjumpa dengan Allah secara pribadi. Ia bukan hanya mengetahui tentang Allah, tetapi ia dapat mengalami Allah sendiri. Melalui pengalaman nyata dengan Allah, kita dapat merasakan bagaimana perasaan Allah ketika berhadapan dengan kita yang rapuh ini. Secara tidak langsung, kita akan mampu mencerminkan perasaan belas kasih dan kemurahan pada orang lain yang bersalah kepada kita.
Perempuan berdosa yang datang kepada Tuhan diampuni karena ia mengasihi Tuhan secara luar biasa. Ia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaan orang pada umumnya, bahkan dapat dikatakan bahwa ia menerobos batas. Namun, tindakannya mengurapi Tuhan dengan minyak dan air mata serta menyeka dengan rambutnya, menunjukkan bahwa ia tinggal dalam kasih. Tidak heran jika Tuhan mengatakan kepadanya bahwa dosanya telah diampuni sebab ia telah banyak berbuat kasih. Ia diampuni karena keberadaannya yang diubahkan oleh Tuhan. Tindakannya mencerminkan bahwa dirinya melakukan suatu pertobatan radikal dengan mencerminkannya melalui tindakan nyata.
Orang-orang semacam ini menunjukkan bahwa dirinya memiliki moral dan keberadaan karakter yang dikehendaki oleh Tuhan. Hendaknya, kita juga menunjukkan pengampunan kepada sesama berangkat dari moral dan keberadaan karakter yang diubah oleh Tuhan. Bukan sekadar takut tidak diampuni oleh Tuhan, melainkan tidak bisa tidak melakukan tindakan kasih, yakni mengampuni karena perubahan karakter yang kita alami. Jadi, sebelum kesempatan hidup yang Tuhan berikan ini berlalu dan kita akan kehilangan selama-lamanya, kita harus mau berubah. Tuhan pasti akan proses kita dengan banyak kejadian sampai kita bisa memiliki hati yang tidak bisa tidak mengampuni orang.